Hidup adalah pilihan. Pagi ini ibu negara berkata mengenai betapa egoisnya si abang yang berkata, "Kalau mama tadi bilang hidup mama yang tinggal seminggu diforsir dengan merokok dan jadinya tinggal 3 hari, berarti mama membuang waktu 4 hari untuk anak2 mama. Jadi mama sangat egois karena kita masih butuh mama,". Sekedar informasi, memang pembicaraan ini tidak pernah tabu, dan hanya menjadi gurauan.
Ibu negara bilang, malahan kalau begitu si abang yang self centered. Karena menurut ibu negara, tentu 3 hari itu akan dia habiskan dengan senang hati bersama asap rokok. Ah, aku seperti mendapat angin segar.
Sorenya terjadi kontradiksi. Ibu negara bersikap antipati dengan nada suara dan sikap diamnya hanya karena aku menunda satu jam tuk mengantarnya pulang, karena sedang makan dengan seseorang yang kan jadi bagian dari hari-hariku ke depan.
Kasihan si abang, umurnya sudah 32 tahun. Sudah tiga kali aku berganti pacar, dia masih belum berhasil menikahi gadis pilihannya karena masalah ijin (entah siapa) dan (mungkin) agama. Thanks God i'm still 22 years old...

terima kasih untuk pelajaran hidup selama ini, menyadarkanku tuk terus berpijak pada apa yang nyata, apa yang bisa ditelaah dengan rasio, dan apa yang hanya bisa dirasa, bukan dirasa-rasa.
No comments:
Post a Comment